Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Selasa, 21 Agustus 2012

Berlebaran ala kampung

Tidak terasa waktu terus beranjak meninggalkan satu demi satu kisaran waktu dan kejadian. Kejadian-kejadian yang mungkin akan selalu menjadi sesuatu yang begitu berkesan dalam jenat peristiwa yang telah kita alami. Sebentar lagi berlalu menjadi sebuah sejarah, yang akan terus dan terus membayangi alur kehidupan saat ini. 

Hari Raya Idul Fitri atau yang lebih enak kita sebut dengan lebaran ternyata sudah berlalu meninggalkan kita. Hari yang begitu dinantikan menandai satu kemenangan setelah sebulan lamanya bertapa menjalankan salah satu kewajiban sebagai seorang muslim. Hari yang identik dengan berbagai warna keceriaan, kebahagiaan dan ucapan "Selamat Hari Raya Idul Fitri, Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin" atau dalam ucapan yang lebih agamis "Taqobalallohu Minnaa Wamingkum, Shiyamana Wa Shiyamakum" menjadi sebuah ekspresi jiwa yang membuktikan KebesaranNya dimana semua orang berpacu membuka hatinya untuk saling memaafkan, Subhanallohh...

Alloohu Akbar.... Alloohu Akbar.... Alloohu Akbar
Laa Ilaaha Illalloohu Alloohu Akbar
Alloohu Akbar Walillaahilkhamdu...
Kalimat suci ini bergema saling bersaut-sautan, solah berlomba untuk membuktikan eksistensi dari makna sebuah hari kemenangan.

Ternyata tidak cukup sampai disini, berbagai tradisipun lahir di beberapa kalangan masyarakat untuk melengkapi ekspresi kemenangan ini. Dari sekedar kesibukan para ibu-ibu dirumah yang memasak berbagai hidangan lain/khusus untuk disuguhkan esok harinya, baju dan kain sarung baru, bisingnya kendaraan-kendaraan asing yang berlalu lalang memenuhi jalanan-jalanan kampung, sampai dentuman bunyi mercon atau kembang api diperempatan jalan yang ramai dilalui orang. Terlepas tradisi-tradisi itu pas atau tidak,  yang jelas itulah realitas yang terjadi saat ini. Unik memang, padahal kalau merunut referensi yang ada, yang namanya Hari Raya Idul Fitri itu ternyata hanyalah sebuah bentuk ibadah sunnah yang dirayakan dengan cara melaksanakan sholat dua rokaat berjamaah di tempat yang lapang. Kemudian di wajibkannya untuk membayar zakat fitrah dan disunnahkan pula untuk mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil sebagai bentuk syukur atas kesuksesannya melalui ujian puasa selama 1 bulan lamanya. Walloohua'lam bishowab...

Itulah mungkin makna kemenangan yang selalu dikumandangkan oleh semua kalangan. Dan itu sah-sah saja, dilihat dari sudut pandang secara umum. Meskipun sebenarnya kalau kita mau jeli, ada beberapa koreksi berjamaah yang perlu kita lakukan secara jernih agar pergeseran itu tidak menggerus hakekat makna Idul Fitri yang selazimnya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati sebagai hambaNya yang lemah, bersyukur atas nikmat hari raya ini turut mengucapkan, "Taqobalalloohu Minnaa Wamingkum, Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433H"




0 comments:

Posting Komentar

 

Pengunjung

free counters

Tayangan