Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Rabu, 21 November 2012

Dari sebuah cermin...


Saya harus banyak bercermin. Bukan dalam rangka melihat keadaan fisik yang ada dalam tubuh saya ini, tapi bercermin untuk menghasilkan kebaruan dan semangat hidup. Lantas ada apa dengan cermin? Mengapa harus bercermin? Cermin adalah gambaran tentang kepolosan, jujur dan sportif. Apa yang bisa saya lihat dalam sebuah cermin itulah gambaran nyata dan sebenarnya tidak dikurangi atau lebih. Dari sebuah cermin kita bisa mengambil sebuah pelajaran dan hikmah yang bermanfaat untuk bekal kita mengarungi masa depan. Dengan bercermin kita bisa menilai secara obyektif tentang diri secara utuh, kalau kita mau jujur. Dan ketika kita bercermin maka kita akan mengetahui sejauh mana langkah dan apa yang sudah kita perbuat dimasa lalu, apakah sudah benar atau malah sebaliknya

Selain bercermin terhadap diri, kita juga bisa bercermin dari gambaran orang-orang besar yang bisa menginspirasi hidup kita. Seperti misalnya 'Aidh Al Qarni yang telah sukses mengarang sebuah buku besar yang berjudul "Laa Tahzan" dan sangat menginspirasi banyak orang. Ternyata dalam salah satu tulisannya beliau menukilkan sebuah kalimat yang melatarbelakangi terbitnya buku tersebut. Beliau berkata " Ketika mutiara diambil dari cangkangnya ia akan bernilai tinggi, dan ketika air mengalir, ia akan memberi manfaat untuk siapapun". Nah kalimat ini bisa kita jadikan sebagai sebuah cermin, atau menjadi sebuah tolak ukur bagi kita dalam mulai menentukan target atau tujuan hidup yang sangat sebentar ini. Menurut Rosululloh SAW, rata-rata umur umatnya hanya akan sampai pada hitungan 60th. Sedang waktu yang kita miliki sama dalam sehari yakni 24 jam, dan ternyata cara kita menggunakan waktu itulah yang membedakan antara umat yang satu dengan yany lainnya. Kata Imam Al Ghazali, kalau orang rata-rata berumur tidak lebih dari 60 th dan menjadikan 8 jam untuk tidur, maka dalam 60 th ia telah menghabiskan waktu 20 th hanya untuk tidur. Apakah kira-kira orang tersebut akan beruntung? Wallohua'lam.
Dalam QS Al Ashr ayat 1-3 yang artinya " Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran". Menyikapi ayat ini, Imam Syafi'i berkata " Seandainya manusia memahami ayat ini cukuplah agama ini baginya...." apa maksudnya? Kata kunci dari ayat ini hanya ada 4 yakni : Waktu, Amal shaleh, mentaati kebenarsn dan menetapi kesabaran dengan tuntunan bekerja sama untuk saling mengingatkan itulah orang yang beruntung dalam menggunakan waktunya. Orang yang tidak bisa menggunakan waktu dialah orang yang dijamin bakal rugi, persis seperti orang yang sudsh mati. Karena hidupnya tak ubah seperti mayat hidup, dan istilah untuk orang seperti ini " hidup tak sopan mati bikin bau", keberadaannya seperti tak ada, karena tak ada gunanya. Rosululloh bersabda " Perumpamaan orang yang mengingat Alloh dengan orang yang tidak mengingat-Nya seperti orang yang hidup dengan orang yang mati (HR Bukhari dari Abu Musa Al Asy'ari)". Orang yang hidup seperti inilah mungkin yang menjadi salah satu penyebab mengapa Alloh enggan memberikan keberkahan kepada sebuah negeri. Ibaratnya percuma saja, andaikan keberkahan itu diberikan hanya akan menambah semakin rusaknya tatanan kehidupan di muka bumi ini, Naudzubillah.
Rosululloh SAW bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh HR Bukhari dari Ibnu Abbas ra " Ada dua nikmat, dimana banyak orang yang tertipu dengan keduanya : nikmat sehat dan nikmat waktu luang". Memang benar, sekarang cobalah kita bercermin dengan diri kita sendiri. Ketika sakit mendera, dalam angan kita selalu menari "andaikan sehat nanti saya akan berbuat ini, berbuat itu dan bersyukur untuk berbuat kebenaran". Setelah Alloh memberikan kesembuhan apa ya g terjadi kita kembali tak ubahnya seperti keadaan sebelumnya, ingkar pada kebenaran, menyombongkan kemampuan diri seolah kitalah yang berkehendak terhadap apa yang terjadi pada hidup yang sedang kita jalani. Membuang waktu kita hanya untuk sebuah obrolan yang menjurus pada ghibah, namimah atau yang lebih buruk fitnah. Dan itulah gambaran manusia yang sekarang banyak meremehkan nikmat-nikmat dari-Nya. Ada tiga hal yang tak pernah kembali : Kata yang telah diucapkan, Waktu yang telah lewat dan Momentum yang diabaikan. Dalam sebuah tulisan, saya pernah membaca " Pahlawan sejati adalah orang yang dapat memanfaatkan setiap momentum kepahlawanan". Apa itu Pahlawan, pahlawan adalah orang yang telah berjasa besar untuk kebaikan banyak orang.
Dari situah saya mencoba kembali bercermin. Bercermin untuk menata kembali hidup saya. Ada sebuah mimpi besar yang harus saya raih dan nilainya tidak akan pernah terukur dengan nikmat yang ada di dunia ini. Saya tidak mau terjebak pada gemerlap dan silau dunia. Dunia hanyalah sebuah bayangan dari kehidupan akherat yang sebenarnya. Jabatan, harta, pangkat semoga tidak membuat saya gila dan lupa akan tugas dan kewajiban saya. Berharap pada-Nya, saya bisa bertemu dengan orang yang senantiasa berbuat kebaikan, mengutamakan kebersamaan, senantiasa mengingatkan, yang tulus dan bersahaja, yang jujur dan apa adanya, sehingga saya bisa belajar dan hidup saya menjadi lebih tertata dan terkontrol dengan baik.
Saya ingat sebuh hadist yang berbunyi " Barangsiapa yang tidak menyibukkan diri dalam kebaikan niscaya ia akan disibukkan dalam keburukan". Sungguh kalimat tersebut sangat menyentuh apalagi ditengah aktifitas hidup saya yang selalu berinteraksi dan melayani masyarakat, meskipun masyarakat yang sempit. Semoga saya bisa menuntun hidup saya, keluarga saya, saudara saya, teman-teman saya, lingkungan saya, warga masyarakat yang saya pimpin untuk lebih menghargai waktu, hiduo dan nilai sebuah kebaikan yang sebenarnya. Wallohu A'lam bi Showab....

0 comments:

Posting Komentar

 

Pengunjung

free counters

Tayangan