Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Senin, 03 Desember 2012

Sebuah Catatan Kaki


Menjadi seorang pelayan masyarakat itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Apalagi ketika dihadapkan pada sebuah kondisi masyarakat yang kritis dan cerdas seperti saat sekarang ini serta pertanggungjawaban moral yang harus dipikulnya. Berbeda dengan jaman dulu, ketika seorang pelayan masyarakat (dalam hal ini menyangkut pekerjaan saya) hanya dituntut untuk rajin menyambangi, menengok mereka dalam berbagai kesempatan dalam kegiatan kemasyarakatan. Sekarang tidak hanya itu, seorang pelayan masyarakat dituntut untuk bisa memberikan solusi yang baik dari setiap permasalahan yang muncul ditengah masyarakat. Begitu banyak keinginan, begitu banyak kata, dan begitu banyak olah pikiran yang harus diikuti dan pada akhirnya harus mengambil peran sebagai penengah diantara warga masyarakat. Berusaha menampilkan keceriaan dan senyum tidak perduli apapun yang sedang dirasakan karena semata-mata ingin agar masyarakat tergugah untuk selalu nyaman menerima perbedaan-perbedaan yang muncul dalam berinteraksi di masyarakat.
Semua butuh pembelajaran agar kita bisa lebih bijak menyikapi dinamika kehidupan dalam bermasyarakat. Terutama bagi para pelayan masyarakat yang sehari-hari berkutat dalam tugasnya. Disamping pembelajaran, ada faktor lain yang sangat dibutuhkan yakni kesabaran. Sikap sabar merupakan salah satu modal utama kita dalam mengemban setiap amanah yang akan kita tunaikan disamping kejujuran atau integritas. Dengan kesabaran itulah kita akan mampu bertahan untuk selalu mengarahkan pola berpikir yang sehat, objektif dan logis. Orientasi dari orang-orang yang bersabar sebenarnya bukanlah hasil, tapi proses yang saling berhubungan dan berkelanjutan. Dan orientasi inilah yang harusnya selalu dijunjung dalam berperilaku sabar untuk memperjuangkan sebuah kebenaran. Ketika orientasi ini benar-benar sudah terbentuk, akhirnya lahir sebuah prinsip menjadi orang yang bersabar. Apa itu?  adalah sebuah keyakinan yang sebenar-benarnya bahwa hasil yang baik adalah buah dari niat dan proses yang baik. Prestasi yang baik adalah buah dari pembelajaran awal dan proses pembelajaran yang benar.

Memang sebuah pekerjaan berat, dan semua pasti akan terasa berat ketika dalam setiap program apapun bentuknya selalu  ditekankan dan berorientasi pada "hasil bukan proses". Apalagi ketika main set atau pola pikir kita hanya berkutat memakai pertimbangan materi. Ada benarnya sebuah peribahasa jawa yang berbunyi "Jer Basuki Mawa Bea" tapi tidak lantas materi itu menjadi sebuah tujuan utama dan melupakan hakekat tujuan yang sebenarnya. 


Jadi cobalah kita biasakan untuk memakai paradigma pembelajaran dan sabar seperti yang sudah saya uraikan diatas. Mungkin dengan cara itu beratnya tanggung jawab yang ada dipundak kita menjadi sedikit lebih ringan. Karena muara dari kedua cara tersebut adalah kepasrahan total atas semua kehendak dan sunnatulloh. Kesimpulannya, sebuah kesempurnaan yang akan kita raih baik dalam wujud rasa, penghargaan maupun wujud yang terbentuk hanya bisa kita capai dengan sebuah pembelajaran yang konsisten dan kesabaran yang tiada batas serta hasil terbaik dari kehendak-Nya, amin.

0 comments:

Posting Komentar

 

Pengunjung

free counters

Tayangan