Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Selasa, 14 Agustus 2012

Zayyanku Inspirasiku...

Mungkin dalam benak para pengunjung timbul pertanyaan, kenapa dalam label nama blog saya mencantumkan tulisan "Zayyanku Inspirasiku?". Memang, Zayyan yang menginspirasi hidup saya bukanlah sosok yang asing, Zayyan adalah nama anak laki-laki saya yang pertama dan sekarang baru akan menginjak umur 8 bulan. Zayyan Khalifa begitulah nama yang telah aku sematkan padanya. Zayyan yang berarti tampan/bagus sedang Khalifa adalah pemimpin umat berarti arti dari nama Zayyan Khalifa adalah Pemimpin umat yang tampan/bagus. Maksudnya, saya ingin suatu saat nanti Zayyan akan menjadi seorang pemimpin umat yang tampan seperti Khalifah Usman bin Affan yang aku idolakan. 
Zay baru lahir
Lalu kenapa begitu menginspirasi??? Cerita yang cukup panjang, karena selama centang perentang 6,5 tahun usia pernikahan saya dengan seorang perempuan sederhana bernama Mugiasih, Zayyan baru hadir terlahir menyempurnakan lelahnya penantian akan hadirnya seorang buah hati. 

Pada hari Jum'at Kliwon tepatnya tanggal 7 Januari 2005 merupakan salah satu hari dan tanggal yang sangat bersejarah dalam hidup saya, dimana pada hari itu secara resmi saya telah melekatkan kewajiban menjadi seorang suami. Suka duka begitu terasa membayangi langkah saya untuk mewujudkan harapan itu, karena saya menyadari betul semua keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam diri saya. Tapi dengan keyakinan yang terbangun dalam diri saya akhirnya Sang Maha Pencipta mendengar dan mengabulkan. Warna kesederhanaan tanpa kemeriahan sebuah acara resepsi pernikahan, akhirnya akad nikah dilaksanakan di ruangan aula Kantor Urusan Agama Kecamatan Purwanegara. Luapan perasaan bahagia, haru, sedih, was-was, deg-degan bercampur dalam sebuah tangisan.Terimakasih kepada semua sahabat, teman, keluarga yang telah memberikan dukungan besar pada diri saya saat itu.


Hari barupun dimulai, bersama melangkah membangun sebuah keluarga yang ideal seperti harapan semua pasangan pengantin baru pada umumnya. Sebulan, dua bulan, tiga bulan aku lalui dengan harapan munculnya berita kehamilan dari istri saya, tapi ternyata Maha Pencipta berkehendak lain. Satu tahun, dua tahun, tiga tahun dan beragam suara yang selalu menghantui kebersamaan saya dalam berkeluarga "Kenapa Maha Pencipta belum memberikan keturunan buat saya???". Sebenarnya saya tak perduli dengan kondisi yang kami rasakan, buat saya urusan anak adalah ketentuanNya yang terpenting ikhtiar dan doa.Berbeda dengan istri saya, sebagai seorang perempuan yang menyandarkan segala hal pada perasaannya, istri saya selalu mengeluhkan keadaan yang sedang kami hadapi. Entah sudah berapa kali saya mencoba membangun keyakinan pada istri untuk selalu optimis bahwa kami pasti akan punya keturunan. Meskipun sebenarnya sebagaimana lumrahnya manusia, berbagai perasaan negatif kadang muncul juga di benak saya. Tanpa sepengatuan istri, saya hanya bisa menangis dalam sujud-sujud lama di penghujung malam yang sepi. Cobaan demi cobaan terus datang untuk menguji kekuatan keyakinan diri saya. Tetapi saya bersyukur, lewat ujian-ujian yang menghujam itu ternyata semakin menempa diri saya menjadi lebih yakin dan pasrah. Menurutku semua hanya masalah waktu, dan yang tahu hanyalah Yang Diatas. Dari situlah filosofi "Mbanyumili" tidak terasa melekat dan menjadi sebuah prinsip dalam hidup saya. Mengalir ibarat air yang mengalir, mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke muara yang lebih rendah. Tidak ada yang bisa menahannya, karena itulah sifat air. Pelan tapi pasti semua akan kembali ke muara kehidupan yang sebenarnya. Itulah kebesaran Sang Maha Pencipta, apapun pasti akan terjadi jika Dia sudah berkehendak. 

Pada tanggal 18 April 2011 adalah hari bersejarah selanjutnya buat saya dan istri saya, karena tak terduga Dia membuktikan semuanya. Yahh, melalui test kehamilan pada hari itu menunjukkan istri saya positif hamil. Sujud syukur sebagai ungkapan syukur yang tiada terhingga tak bosannya kami lakukan , seolah saat itu hanya kamilah orang yang paling berbahagia didunia ini. sebuah anugerah yang tidak terkira besarnya, meskipun kami menyadari sepenuhnya bahwa didepan cobaan lebih berat sudah menghadang. Satu bulan, dua bulan, sampai empat bulan adalah masa-masa berat kami dalam menjaga agar anak kami dalam kandungan tetap sehat. Karena istri saya setiap hari harus menempuh jarak 10 km mengendarai motornya sendiri menuju tempat dimana ia mengajar. Hingga pada bulan ke-7 dengan perasaan was-was saya periksakan kondisi kehamilan istri saya pada salah satu dokter kandungan di kota Purbalingga. Subhanalloh, ternyata hasil cek lewat Ultra Sono Graphy (USG) 4 dimensi menunjukkan kondisi anak saya sehat, berat waktu itu 1,7 kg, perkiraan lahir tanggal 11 Desember 2011 dan yang membuat kami lebih berbahagia adalah bayi itu ternyata berjenis kelamin laki-laki.
Hari menjelang kelahiran anak saya merupakan hari yang penuh dengan saat-saat yang menegangkan, dan ketika memasuki Hari Perkiraan Lahir (HPL) ternyata belum ada tanda-tanda anak saya akan lahir. Selanjutnya kami periksakan lagi kandungan istri saya ke dokter kandungan di daerah saya karena saya khawatir ini adalah kehamilan yang pertama dan lama buat istri saya, ternyata menurut dokter tersebut HPL nya bukan tanggal 11 tapi 13 Desember 2012. Kami pun pulang dengan perasaan sedikit lega. Sampai tanggal 13 Desember 2012 ternyata sama, istri saya merasa belum ada tanda-tanda kehamilan. Akhirnya kamipun pasrah, apapun yang terjadi kami yakin pasti anak saya akan lahir dengan selamat. Akhirnya tanggal 18 Desember 2012 kurang lebih jam 09.30 pagi istri saya merasa ada cairan bening yang terus keluar dari bawah. Tanpa menunggu, langsung saya bawa istri saya ke bidan desa terdekat. ternyata benar, hasil pemeriksaan bidan istri saya mengalami ketuban pecah dini dan harus dirujuk ke Rumah Sakit. Setelah mempersiapkan semuanya, istri saya bawa ke Rumah Sakit Islam Bawang Banjarnegara. Alhamdulillah meskipun kami menggunakan layanan JAMPERSAL, istri saya langsung ditangani oleh petugas perawat. Setelah menunggu sampai sore ternyata proses bukaan tidak bertambah maka atas saran dokter istri saya harus dipacu kehamilannya. Tepat pada jam 17.00 obat pacu diberikan kepada istri saya, dan menunggu 4 jam kedepan bagaimana perkembangannya. Luar biasa dampak dari obat pacu yang telah diberikan, setiap 1 menit istri saya harus berteriak menahan sakit karena reaksi perut yang mengejang sampai saya tidak tega melihatnya. 1 jam, 2 jam istri saya terus mengejang menahan sakit sampai 4 jam kembali atas saran dokter istri saya harus dikasih obat pacu yang ke-2. Istri saya sempat menolak karena merasa sudah tidak kuat lagi, dan minta langsung bedah cesar saja tapi saya bersikeras, akhirnya jam 21.00 istri saya setuju untuk diberi obat pacu yang ke-2. Efeknya lebih luar biasa lagi, kalau yang pertama setiap 1 menit perut istri saya mengejang, yang ke-2 ini hampir setiap 1/2 menit. Sampai-sampai saya ikut menangis melihat kondisi yang sedang dirasakan oleh istri saya. Saya coba untuk terus mbombongi istri agar jangan menyerah demi anak kami.
Pukul 04.00 adzan shubuh berkumandang, saya coba menenangkan kembali perasaan saya dengan berdoa memohon pertolongan pada Alloh SWT dalam sholat dan selepas sholat subuh berjamaah di Masjid Rumah Sakit. Berderai air mata membayangkan hal-hal yang tidak diinginkan,tapi pikiran negatif itu saya buang lewat lantunan doa. Pukul 05.05 saya kembali ke ruang persalinan dengan berbagai perasaan yang berkecamuk. Ternyat Alloh SWT mendengar doa saya, dari pintu keponakan yang ikut menemani istri saya mengabarkan bahwa istri saya sedang dalam persiapan persalinannya. Subhanalloh... rasa syukur tak bosan-bosannya aku ucapkan. Dan benar, setelah para perawat mempersiapkan segalanya pada pukul 05.20 proses persalinan dimulai.Dengan perasaan was-was dan tegang saya dampingi istri saya, luar biasa... ternyata begitu beratnya perjuangan seorang ibu dalam upaya melahirkan anaknya. Begitupun dengan istri saya, setelah hampir satu malam tenaga terkuras karena efek dari obat penenang, saat itu harus mengerahkan semua tenaga untuk mengakhiri perjuangannya. Allohu Akbar, setelah melalui perjuangan yang begitu berat, akhirnya hari senin tanggal 19 Desember 2012 pukul 06.00 lahirlah anak saya. Sayapun lalu terduduk, sujud dan menangis... Ya Alloh, begitu besarnya karuniaMu. Terbayang semua peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya anak kami, terbayang beratnya perjuangan yang harus kami alami, Terbayang lamanya penantian kami terhadap hadirnya anak kami yang saat ini ada di depan mata. Seolah tidak percaya terhadap apa yang sedang kami rasakan. Disisi lain 3 orang perawat yang telah membantu proses persalinan anak kami dengan tangkasnya melakukan tindakan cepat terhadap istri dan anak kami yang baru lahir. Subhanalloh, anak kami lahir dengan berat 3,9 Kg.
Terimakasih para perawat yang telah sabar membimbing istri saya, sungguh kami merasa mendapat pelayanan yang sangat baik

(Maaf, sebenarnya masih panjang cerita ini. Tapi kedua mata ini sudah tidak mengijinkan saya untuk melanjutkannya lagi. Insya Alloh lain waktu kami sambung lagi........)
   

0 comments:

Posting Komentar

 

Pengunjung

free counters

Tayangan